Jumat, 21 November 2025

ACT Meetup Batch 1 - Meningkatkan Kompetensi Guru melalui Pelatihan “Membuat Printable dan LKPD Interaktif” bersama Assembler EDU

Pada hari Jumat, 21 November 2025, telah berlangsung kegiatan ACT Meetup Batch 1, sebuah sesi pengembangan kompetensi guru berbasis teknologi pendidikan yang diinisiasi oleh platform Assembler EDU. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan diikuti oleh para pendidik dari berbagai daerah yang memiliki semangat besar untuk meningkatkan keterampilan dalam menyusun bahan ajar modern, menarik, serta relevan dengan kebutuhan pembelajaran abad 21.

Kegiatan ini dipandu oleh Mas Azka selaku host dan moderator, sementara materi utama disampaikan oleh Bapak Muhammad Hilmy, salah satu Assembler Certified Trainer yang sudah berpengalaman dalam pengembangan media pembelajaran berbasis digital, AR, dan 3D.

Tema yang diangkat pada pertemuan kali ini adalah :“Membuat Printable dan LKPD Interaktif yang Siap Publikasi dan Lolos Penilaian.”

Topik ini dipilih karena banyak pendidik yang memerlukan panduan praktis dan terarah dalam membuat LKPD digital yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memenuhi standar penilaian konten pendidikan yang baik serta dapat diakses peserta didik dengan mudah.

Sesi dimulai pukul 15.30 WIB dengan sapaan hangat dari Mas Azka. Dalam pembukaannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ACT Meetup dirancang sebagai ruang kolaboratif bagi para pendidik untuk saling belajar, memperbarui keterampilan digital, serta mempelajari praktik terbaik dalam pembuatan media pembelajaran modern.

Peserta kemudian diperkenalkan pada beberapa agenda utama, yaitu:

  1. Pengenalan tentang standar kualitas Printable dan LKPD

  2. Penjelasan sistem penilaian konten Assembler

  3. Praktik membuat LKPD interaktif menggunakan Canva

  4. Cara upload dan mekanisme submit ke platform Assembler EDU

  5. Sesi tanya jawab

Setelah pembukaan, acara resmi dilanjutkan pada sesi inti yang dipaparkan oleh Bapak Muhammad Hilmy.

Bapak Muhammad Hilmy membuka sesi dengan menampilkan contoh LKPD yang sudah lolos kurasi tim Assembler. Salah satu contohnya adalah LKPD bertema “Yuk Pelajari Bagian Tubuh Kupu-kupu” yang terlihat menarik, berwarna cerah, serta memiliki komposisi desain yang rapi dan edukatif.

Beliau menjelaskan bahwa ketika LKPD dikirimkan ke Assembler untuk dipublikasikan di platform, setiap karya akan dinilai menggunakan 10 Poin Penilaian Konten. Poin-poin tersebut meliputi:

  1. Akurasi Materi – Isi sesuai kurikulum tanpa kesalahan konsep.

  2. Kejelasan Penyajian – Bahasa mudah dipahami, alur materi sistematis.

  3. Kesesuaian Tujuan Pembelajaran – Konten mendukung capaian pembelajaran.

  4. Kualitas Desain – Tata letak rapi, nyaman dilihat.

  5. Visual yang Mudah Dipahami – Warna, ikon, font konsisten dan jelas.

  6. Interaktivitas Optimal – Terdapat elemen interaktif yang efektif.

  7. Kelengkapan Konten – Materi, latihan, dan evaluasi tersedia.

  8. Keterbacaan & Aksesibilitas – Teks jelas, ukuran pas, mudah dibaca.

  9. Kualitas Media Pendukung – Gambar, animasi, atau ilustrasi relevan.

  10. Pengecekan Teknis – Tidak ada error pada link, tombol, ataupun elemen interaktif lainnya.

Beliau menegaskan bahwa pemenuhan seluruh poin ini sangat penting agar LKPD tidak hanya menarik secara desain, namun juga edukatif, layak pakai, dan dapat dipublikasikan ke publik.

Narasumber kemudian menjelaskan konsep dasar Printable dalam dunia pendidikan digital. Printable didefinisikan sebagai:

“Bahan ajar siap cetak yang mudah diproduksi, ramah desain, ekonomis, dan bisa digunakan dalam berbagai kondisi kelas baik daring maupun luring.”

Jenis printable yang biasa dibuat antara lain:

  • LKPD

  • Poster pembelajaran

  • Kartu belajar (flashcard)

  • Worksheet

  • Pop-up card

  • Kalender edukatif

  • Template asesmen

  • Papan permainan edukatif

Dalam era kurikulum berbasis Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), printable menjadi media yang banyak digemari karena:

✔ bisa dibuat sendiri oleh guru
✔ mudah disesuaikan tema pembelajaran
✔ memungkinkan siswa belajar aktif
✔ dapat terintegrasi dengan teknologi seperti AR

Khusus pada sesi ini, peserta diajak membuat printable dan LKPD yang bukan hanya menarik saat dicetak, tapi juga kaya fitur interaktif jika digunakan pada perangkat digital.

Memasuki sesi inti, peserta diajak praktik langsung membuat LKPD menggunakan Canva. Pada zoom screen share, tampak narasumber memperagakan langkah demi langkah mulai dari:

  1. Membuka template desain

  2. Menambahkan struktur dasar LKPD:

    • identitas

    • tujuan pembelajaran

    • uraian materi

    • aktivitas siswa

    • evaluasi

  3. Memilih elemen grafis

  4. Mengatur layout agar konsisten dan tidak “ramai”

  5. Menambahkan ilustrasi yang sesuai dan aman hak cipta

  6. Menyisipkan elemen interaktif seperti:

    • link

    • tombol navigasi

    • QR code

    • kolom input digital

Bapak Muhammad Hilmy juga memberi tips penting, antara lain:

  • Gunakan maksimal 3 jenis font agar desain tidak melelahkan mata.

  • Sisakan ruang kosong (white space) untuk menjaga kenyamanan visual.

  • Gunakan ikon yang fungsi dan maknanya jelas.

  • Pastikan proporsi warna seimbang antara background, teks, dan objek visual.

  • Periksa kembali kesalahan ejaan atau elemen yang tidak berfungsi sebelum submit.

Peserta terlihat antusias mengikuti praktik sambil mengedit desain masing-masing.

Setelah sesi pembuatan LKPD, narasumber membimbing peserta untuk mengunggah hasil karya ke halaman: Printable Submission – edu.assemblerworld.com

Pada dashboard ini, guru diminta mengisi:

  • Nama pembuat

  • Deskripsi singkat

  • Penjelasan lebih rinci

  • Mata pelajaran terkait

  • Tingkat kelas

  • File PDF hasil desain

Narasumber juga menegaskan bahwa saat mengisi deskripsi printable, minimal 200 kata dianjurkan agar peninjau (reviewer) dapat memahami konsep LKPD secara utuh.

Setelah submit, karya akan masuk tahap kurasi. Jika lolos, printable akan dipublikasikan dan bisa digunakan guru lain di seluruh Indonesia maupun mancanegara.

Di akhir agenda, peserta dipersilakan mengajukan pertanyaan secara langsung.
Beberapa topik tanya jawab yang mencuat antara lain:

  • Bagaimana membuat interaktivitas terbaik untuk kelas kecil?

  • Apakah link eksternal boleh dimasukkan dalam LKPD?

  • Bagaimana mengurangi ukuran file agar tidak terlalu berat saat diunggah?

  • Apakah karya yang belum lolos penilaian bisa direvisi dan diajukan ulang?

  • Bagaimana memaksimalkan elemen 3D dan AR dalam LKPD?

Bapak Muhammad Hilmy menjawab secara jelas dan aplikatif, disertai contoh kasus yang ditemui saat menilai ratusan karya LKPD sebelumnya.

Peserta mengapresiasi bahwa sistem penilaian di Assembler bukan hanya menilai, namun juga memberikan umpan balik perbaikan yang membantu guru berkembang.

Melalui ACT Meetup Batch 1 ini, terlihat beberapa dampak positif:

  1. Guru menjadi lebih percaya diri membuat LKPD berkualitas profesional.

  2. Peserta memahami standar global penilaian konten pendidikan.

  3. Guru mampu membuat media ajar interaktif tanpa bergantung pada perangkat mahal.

  4. Praktik langsung membuat peserta benar-benar menguasai keterampilan baru, bukan sekadar teori.

  5. Materi yang dibuat dapat langsung digunakan di kelas keesokan harinya.

Pelatihan ini membuktikan bahwa transformasi pendidikan tidak harus menunggu ruang kelas canggih. Dengan kreativitas dan bimbingan tepat, seorang guru sudah dapat menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.

ACT Meetup Batch 1 berjalan sukses, lancar, dan penuh antusiasme. Para peserta berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut secara berkala agar semakin banyak guru Indonesia mampu menghasilkan bahan ajar profesional, kreatif, serta relevan dengan kebutuhan zaman.

Assembler EDU berencana melanjutkan seri meetup ini dengan topik-topik lanjutan, termasuk:

  • Integrasi AR ke LKPD

  • Perancangan animasi edukasi untuk kelas digital

  • Pengembangan kurikulum tematik berbasis teknologi

  • Publishing karya guru hingga tingkat global

Semoga kegiatan ini menjadi langkah nyata meningkatkan mutu pembelajaran digital dan memperluas kontribusi guru Indonesia di dunia pendidikan internasional.

0 komentar: